Riya

1. Pengertian Riya
Riya berasal dari kata ru’yah (penglihatan) sebagaimana sum’ah berasal dari kata sam’u (pendengaran) dari sekedar makna bahasa ini bisa difahami bahwa riya adalah ingin diperhatikan atau dilihat orang lain. Dan para ulama mendefiniskan riya adalah menginginkan kedudukan dan posisi di hati manusia dengan memperlihatkan berbagai kebaikan kepada mereka.
Dari definisi tersebut jelas bahwa dasar perbuatan riya’ adalah untuk mencari keredhoan, penghargaan, pujian, kedukan atau posisi di hati manusia semata dalam suatu amal kebaikan atau ibadah yang dilakukannya (eramuslim.com).
Firman Allah swt:

“Sesungguhnya orang-orang munafik itu menipu Allah, dan Allah akan membalas tipuan mereka. Dan apabila mereka berdiri untuk shalat mereka berdiri dengan malas. mereka bermaksud riya (dengan shalat) di hadapan manusia. dan tidaklah mereka menyebut Allah kecuali sedikit sekali.” (Q.S al-Nisâ: 142)

2. Ciri-ciri Orang Riya
Dalam kitab aafatun ‘ala ath-thoriq karya DR.Sayyid Muhammad Nuh, ciri-ciri orang yang terhinggapi penyakit ini diantaranya adalah :
1) Jika disanjung bersemangat dalam beramal, sedangkan jika dicela hilang amalnya.
Suatu ketika ada orang yang membicarakan tentang kita, bahwa kita adalah orang yang taat ibadah, rajin ngaji, rajin bershodaqoh, seorang ustadz, pengusaha sukses dan sebagainya, ternyata pembiacaraan itu menambah semangat kita untuk semakin banyak beramal, berhati-hatilah saudaraku, bisa jadi semua amalan yang kita kerjakan bukan dilandasi keimanan kepada Allah tapi masih berorientasi manusia.

2) Ditengah orang, giat beramal sedangkan ketika sendirian malas beramal.
Ketika kita berkumpul dengan banyak orang, ada dorongan yang kuat pada diri kita untuk semakin banyak beramal, sholat sunnah yang tidak pernah kita kerjakan saat itu kita kerjakan. Baca qur’an yang biasanya hanya setengah halaman, saat itu menjadi satu juz lebih. Dzikir yang biasanya kita tinggalkan, saat itu khusyuk kita dalam anggukan kepala sembari mulut bergerak-gerak membaca lafadz tasbih, tahmid dan takbir. Berhati-hatilah saudaraku, bisa jadi semua amalan yang kita kerjakan bukan dilandasi keimanan kepada Allah tapi masih berorientasi manusia.

3) Menjauhi larangan Allah jika ramai dan melanggar larangan jika sendiri/sepi.
Makan dan minum yang biasanya kita kerjakan tanpa melihat tangan kanan atau tangan kiri atau bahkan dengan kaki menjadi mendadak sontak berubah ketika kita berkumpul dengan orang banyak. Kita berusaha mati-matian untuk mencari tempat duduk ketika makan karena takut kredibilitas kita sebagai ustadz akan jatuh karena makan sambil berdiri. Ucapan-ucapan kita yang biasanya ketika dirumah kotor tidak beretika menjadi halus dan santun ketika berbicara dihadapan orang banyak. Berhati-hatilah saudaraku, bisa jadi semua amalan yang kita kerjakan bukan dilandasi keimanan kepada Allah tapi masih berorientasi manusia.

3. Bahaya Sifat Riya
a. Riya merupakan syirik ashghar (kecil), sebagaiman sabda Rasulullah saw:
عَنْ مَحْمُودِ بْنِ لَبِيدٍ - رضي الله عنه - قَالَ: قَالَ رَسُولُ اَللَّهِ - صلى الله عليه وسلم - - إِنَّ أَخْوَفَ مَا أَخَافُ عَلَيْكُمْ اَلشِّرْكُ اَلْأَصْغَرُ: اَلرِّيَاءُ - أَخْرَجَهُ أَحْمَدُ بِسَنَدٍ حَسَنٍ
Dari Muhammad bin Labîd r.a berkata: Rasulullah saw bersabda: “ Sesungguhnya yang paling aku takutkan dari kamu adalah syirik ashghar, yaitu riya.” (H.R Ahmad dengan sanad Hasan)

b. Riya dapat menghilangkan pahala amal yang telah kita lakukan. Firman Allah swt:

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya kepada manusia dan Dia tidak beriman kepada Allah dan hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu seperti batu licin yang di atasnya ada tanah, kemudian batu itu ditimpa hujan lebat, lalu menjadilah Dia bersih (tidak bertanah). mereka tidak menguasai sesuatupun dari apa yang mereka usahakan; dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang kafir” (Q.S al-Baqarah:264)

c. Orang yang riya tergolong orang yang celaka, sebagaimana firman Allah swt

“ Maka kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu) orang-orang yang lalai dari shalatnya, Orang-orang yang berbuat riya.” (Q.S al-Mâ’ûn:4-6)
4. Cara Menghilangkan Sifat Riya
Adapun beberapa kiat untuk menghilangkan penyakit riya’, menurut Imam Ghozali adalah :
1) Menghilangkan sebab-sebab riya’, seperti kenikmatan terhadap pujian orang lain, menghindari pahitnya ejekan dan anusias dengan apa-apa yang ada pada manusia, sebagaimana hadits Rasulullah saw dari Abu Musa berkata,”Pernah datang seorang laki-laki kepada Rasulullah saw dan mengatakan,’Wahai Rasulullah bagaimana pendapatmu tentang orang yang berperang dengan gagah berani, orang yang berperang karena fantisme dan orang yang berperang karena riya’ maka mana yang termasuk dijalan Allah? Maka beliau saw bersabda,’Siapa yang berperang demi meninggikan kalimat Allah maka dia lah yang berada dijalan Allah.” (HR. Bukhori)

2) Membiasakan diri untuk menyembunyikan berbagai ibadah yang dilakukannya hingga hatinya merasa nyaman dengan pengamatan Allah swt terhadap berbagai ibadahnya itu.
3) Berusaha juga untuk melawan berbagai bisikan setan untuk berbuat riya pada saat mengerjakan suatu ibadah. (http://eramuslim.com)

0 Comments:

Post a Comment



Posting Lebih Baru Posting Lama Beranda